Minggu, September 28, 2014

Desa Boti "Legenda yang Mulai Pudar"

Siang itu, saat sedang menikmati teriknya Kota Kupang yang mencapai 36 derajat celcius, tiba-tiba ponsel berbunyi tanda pesan masuk dari Whatsapp. Pesan itu sempat ku abaikan beberapa saat karena memang sedang tidak ingin menanggapi hal-hal lain.. BUT WAIT!! Kalau tidak salah tadi temanku sedang mencari travel buddy ke Boti dan Kefa. Kata-kata Boti kembali tergiang-giang  dikepalaku. Sudah lama aku ingin ke sana tapi selalu diribetkan dengan urusan pekerjaan yang membuatku lupa. Beginilah nasib seorang freelancer. Tanpa pikir panjang, kembali ku raih ponsel dan mbak......bla...bla...bla...akhirnya aku menyanggupi permintaannya ke Boti dan Kefa. :D


Desa Boti ini merupakan bagian administratif dari Kecamatan Kie di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Saat mendengar kata Kie, yang ada dibenakku adalah siapkan fisik dan nikmatilah apa yang ada.. Well, karena jalan di Kecamatan ini lumayan sulit dan "sedikit" berat. Tapi tenang, kamu cuma perlu bersabar karena aku sudah pernah melalui yang lebih berat dari ini. Itulah sebabnya aku mengatakan "sedikit berat". Hitung-hitung sambil wisata budaya, wisata adventure dikit-dikit.

Kami berangkat dari Kupang sekitar jam 09.00 dan tiba di So'e kurang lebih jam 11.00. Di sana kami bertemu dengan Om Jemri Saluk seorang guru SMP yang juga seorang GUIDE profesional asli dari TTS. Bapak ini tergolong cerewet dan tahu banyak hal mengenai adat istiadat di Kabupaten TTS. Sebenarnya tidak hanya TTS tapi di beberapa daerah sampai ke Atambua (Kabupaten Belu). Kenapa ku katakan profesional, karena dia benar-benar tahu bersikap sebagai seorang guide yang mengerti kliennya..haha. Sebenarnya saya buka tipe orang narsis, tapi kalau selalu ditawarin untuk difotokan, saya sih tidak menolak.. :D

Sebelum kami ke Boti, Om Jemri meminta kami untuk membeli sirih pinang sebagai tanda mohon diterima di Desa Boti. Desa Boti merupakan satu-satunya kampung yang masih memegang teguh agama yang berasal dari keturunan hingga sampai saat ini. Mereka mengkhususkan pola hidup dan kebiasaan berdasarkan peraturan dan adat istiadat yang sudah berlaku sejak turun temurun. Agama yang mereka anut adalah agama Halaika.

Setelah membeli sirih pinang, kami menitipkan mobil dan lanjut ke Desa Boti menggunakan ojek sewaan.Ojek ini sudah disiapkan Om Jemri sebelumnya. Sebelum tiba di Desa Boti, kami berhenti di beberapa tempat untuk berfoto-foto. Tempat-tempat ini memang sengaja ditunjukan Om Jemri sebagai bonus karena sudah menggunakan jasanya. Wah sepertinya memang tidak akan mengecewakan menggunakan jasanya.. :D

Ditemani angin sepoi-sepoi 
Setiap momen itu harus diabadikan dengan SECUKUPNYA :p

Setelah hampir 2 jam melewati perjalanan yang cukup panjang, kami sampai di Desa Boti. Fuih...lama juga yaa...Tapi, begitu kita memasuki kawasan Desa Boti ini, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Suasana sejuk dan sangat tenang. Selama perjalanan kami ditemani terik matahari yang cukup menyengat disertai debu sehingga perbedaannya begitu terasa. Tempat ini sungguh sangat tenang, suara berisik pun tidak kedengaran. Om Jemri sebelumnya mengisyaratkan agar kita tidak berbicara dalam intonasi yang tinggi karena tidak menghormati mereka. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk berbicara dalam nada halus.


Oya orang-orang di Desa Boti ini tidak terlalu bisa berbahasa Indonesia, mereka menggunakan Bahasa Dawan dalam kesehariannya. Kebetulan kami menggunakan guide sehingga tidak menyulitkan kami untuk berinteraksi. Om Jemri ini lah yang menjadi penerjemah sekaligus perantara di antara kami. Hebatnya dia bisa 3 bahasa sekaligus, Bahasa Dawan, Indonesia dan Inggris. wew!
Setelah memperkenalkan dan menyerahkan sirih pinang dari kami, penerima kami memberikan kembali sirih pinang sebagai tanda bahwa kami diterima. Sirih pinang ini boleh kita makan boleh tidak. Tapi tidak ada salahnya untuk menghormati mereka, icip-icip sedikitlah. Rasanya pun juga cetar membahana di mulut. haha

Selamat untuk mbak Arin yang berhasil menjadi orang Timor!
Setelah makan sirih pinang, kami disuguhi lagi dengan kopi, donat dan keripik pisang . O My Goooooood (teriakku bersemangat dalam hati) Tau aja sih kalau aku memang lagi lapar banget.. Maklum sarapan pagi tadi hanya seadanya..haha. Mereka tidak akan makan bersama kita, jadi nikmatilah sepuasnya cemilan yang sudah disodorin. :)

Ini enak banget sumpah! Kita dijamu sama keponakan Raja Boti
Ada satu hal yang menarik perhatian saya setelah disodorkan beberapa tumpukan album foto tua. Ternyata Desa ini mendunia! Bagaimana tidak, ternyata tumpukan album tua itu adalah kenang-kenangan dari beberapa yayasan/perusahaan dibidang lingkungan yang sudah terkenal seperti National Geographic dan WWF. Dan uniknya lagi, foto-foto ini diambil oleh masyarakat Desa Boti sendiri. Pihak penyelenggara hanya mengajarkan cara menggunakan kamera. Setidaknya ada sekitar 30 kamera yang dititipkan. Selanjutnya terserah masyarakat Boti. hehe. Kamera ini dititipkan selama 2 minggu dan hasilnya disortir oleh penyelenggara, selanjutnya dikirim kembali dalam bentuk album foto ke Desa Boti sebagai kenang-kenangan.

Hasilnya menakjubkan! Aku jadi sadar kalau sebenarnya kita memang sudah ditakdirkan memiliki bakat narsis.


Ini sebagian dari hasil jepretan mereka 
Setelah mengisi perut dan puas melihat album foto, kita melanjutkan langkah kaki mengitari kediamanan Raja Boti. Ternyata ada banyak hal yang bisa ditiru nih, bagaimana mereka benar-benar memanfaatkan alam dan hidup dari alam itu. Oya teman-teman, ada satu pantangan ditempat ini, tempat sembanyang mereka cuma boleh dilihat dan tidak boleh difoto.





Di pendopo ini terdapat beberapa perkakas makan dan barang-barang lainnya yang digantung. Ayaman atap mereka cukup rumit dan rapi. Selain itu tiang pendopo ini terdapat bundaran yang berbentuk meja kecil, fungsinya untuk mencengah tikus bisa naik ke loteng pendopo. Di loteng, masyarakat Boti menyimpan hasil ladang mereka.
Di pendopo ini juga aku menemukan beberapa barang-barang modern seperti CD Rano Karno (entah siapa yang memberikan CD ini) dan satu buah tape radio. Desa Boti cukup ketat menjaga adat istiadat mereka dari modernisasi tapi tetap saja arus modernisasi ini sudah mulai "sedikit" menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Beginilah pendopo yang ada di Desa Boti

Di sini juga ada Biola asli dari Boti
Air bersih di Desa Boti sulit diperoleh sehingga masyarakat harus mengambil ke sumber air terdekat yang jaraknya bisa lebih dari 3 km. Mereka mengambil air dengan menggunakan bambu. Bambu ini sudah dilubangi bagian tengahnya.

Nah, selanjutnya kita dibawa ketempat menenun, ditempat ini kita bisa melihat proses menenun yang cukup memakan waktu. Proses pengerjaannya tergantung dari tingkat kerumitan motif kain tenun. Motif yang ribet-ribet, pengerjaannya bisa sampai 1 tahun, kalau yang biasa-biasa aja paling lama 6 bulan.

Proses menenun dimulai dari paling kiri (ibu baju kuning). Pada proses ini kapas dibersihkan dan dilanjutkan dengan proses pemintalan. Pada proses ini kapas diubah menjadi benang dan selanjutnya benang-benang ini akan dicelup dengan warna-warna yang diekstrak dari tumbuhan.


Ini Dia Proses Pewarnaaannya
Nah, kita hampir selesai nih, setelah ini kita diantar ke rumah koperasi. Di rumah ini dijual berbagai kerajinan asli Boti. Aduh kalau ga kuat iman mending tutup mata aja masuk rumah ini. hahaha...kalau aku sih akalinnya dengan membawa duit pas-pasan. Jadi ga gampang tergiur.




Taraaaaaa... Inilah kerajinan yang kami beli :)
Setelah puas melihat-lihat, kita kembali ke rumah raja untuk pamitan pulang karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Kefa. Di akhir perjalanan ini kami menyempatkan untuk berfoto-foto bersama Raja Boti, Usif Nama Benu. 


Sebelum berpamitan Raja Boti meminta kami untuk makan siang terlebih dahulu karena makanan sudah disiapkan. Mau menolak pun, kami menjadi sungkan. Tiba-tiba teman saya berceletuk "kapan masaknya? koq tiba-tiba udah ada aja.. :D". Makanannya pun dimasak dengan minyak kelapa yang dibuat sendiri. Benar-benar sehatnya double.

Nah sekian dulu ceritaku ya..Sebelum pamit, aku mau memperkenalkan sobat cilik satu ini, Raja Boti junior, Nune Benu Junior :)



Tinggalkan komentar untuk mengetahui informasi guide dan perkiraan budget yang musti disiapin untuk rencana perjalanan Anda ke Boti.
Di Boti disediakan penginapan, so jangan ragu jika ingin lebih dekat dengan masyarakat Boti.

Happy Travelling. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar