Rabu, November 13, 2013

Pesona Perbatasan RI-TIMOR LESTE #2

Hey Ho...Long Time ga update..hehe..
Topik posku kali ini masih sama dengan posku yang kemarin. Posku yang kemarin belum selesai kuceritakan karena sibuk wara wiri di dunia nyata :)).Really sorry for that. Semua terjadi diluar kehendakku.. *haha_kebanyakan_alasan*.
Oke..let's check out this story.



Tasifeto Timur (Tastim)


Di Tasifeto Timur terdapat pintu resmi lintas batas antara RI dan Timor Leste yang cukup ramai dilewati oleh masyarakat dari Timor Leste maupun RI. Well, kalau dibandingkan dengan PLB di Timor Leste, kita masih kalah jauh, baik dari segi arsitektural bangunan, kelengkapan sarana prasarana dan keterpaduan dalam sistem pemeriksaan. Huuu, jauh banget. Kayaknya kalo ga kurang bukan Indonesia ya. Hahaha..
Bayangkan aja, Indonesia sudah merdeka dari 60 tahunan silam sedangkan Timor Leste baru 10 tahun kemarin tapi hanya masalah pintu depan aja masih banyak kekurangannya. Apa karena kita kebanyakan penduduknya sampe pemerintah kewalahan ngurusin. Who knows?!
Di lain sisi jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi, bisa dibilang kalau kita masih lebih. Sampai sekarang ini, boleh dikatakan kalau mereka masih bergantung bahan pokok dari Indonesia seperti pakaian, BBM, minyak tanah, elektronik, sembako dan sandang pangan lainnya (hampir 50% diimport dari Indonesia dan bahkan diimpor langsung dari Jawa).

Pintu Lintas Batas di Timor Leste

Pintu Lintas Batas di Tasifeto Timur (Indonesia)
Save Border Area Team :)


Tasifeto Barat (Tasbar)

Kondisi di Tasifeto Barat hampir sama dengan kondisi kecamatan perbatasan lainnya di NTT. Banyak dikelilingi oleh bukit-bukit dan hamparan ladang yang luas. Di Tasifeto Barat juga sering terjadi transaksi jual beli dengan masyarakat Timor Leste. Sebagian perdagangan yang terjadi boleh dikatakan perdagangan ilegal karena melewati jalan tikus diantara dusun-dusun yang berdekatan dengan Timor Leste. Walaupun ada pasar perbatasan toh tetap aja ada perdagangan ilegal.hihi. Masyarakat sih alasanya karena kejauhan dalam artian pasar perbatasanya kurang strategis.
Di Tasifeto Barat ini juga, pemerintah mencoba menerapkan pengembangan ternak sapi secara intensif. Ternak sapi di NTT cukup melimpah lho tapi sampai saat ini masih belum dimanfaatkan sebagai mata pencaharian utama, hanya dijadiin sebagai tabungan untuk kebutuhan mendesak aja. Sapi di sini juga dibiarkan mencari makanan sendiri. Kalau hari sudah malam baru deh sapi-sapinya digiring pulang kembali ke kandang..

We and Tasifeto Barat

Nanaet Duabesi

Yup..now kita tiba di Nanaet Duabesi. Salah satu kecamatan yang cukup berkesan selama perjalanan di wilayah perbatasan. You know why? Akses ke Kecamatan ini cukup ekstrim dibandingkan kecamatan lain but if you arrive there you will look how beautiful this area. Di Kecamatan ini budayanya juga masih sangat berpengaruh, terlihat dari rumah adat yang sering ditemukan disepanjang perjalanan. Rumah adat tersebut masih lengkap dengan tempat sesajen..

Kondisi Alam di Nanaet Duabesi
Rumah Adat di Nanaet Duabesi (Punya dua tanduk)
Berkesempatan Foto-Foto di Pos Pemantau Perbatasan

Awesome Right?!!
Kobalima Timur

Selain Nanaet Duabesi, akses ke Kobalima Timur juga cukup ekstrim. Kami harus melewati 5 bukit dan 2 sungai tanpa jembatan penghubung selama 2,5 jam..Huft.. Perjalanan yang panjang bukan..Hahaha. Pada saat itupun kami juga tidak melakukan persiapan lebih seperti membawa bekal ataupun ban cadangan. Dan sepertinya Tuhan masih ada dipihak kita. :)). Walaupun ekstrim banget dan dengan persediaan seadaanya kita bisa selamat tiba di pusat Kecamatan Kobalima Timur. Banyangin aja, dengan menggunakan avanza kita harus naik turun bukit. Hihi.
Pengaruh adat di Kobalima Timur juga masih kuat sehingga masih sangat mudah kita menemukan rumah-rumah adat di sepanjang jalan. Rumah-rumah adat tersebut masih dilengkapi dengan tempat persembahan/sesajen.
Naik Turun Bukit Bersama Avanza
Rumah Adat di Kobalima Timur (yang membedakan adalah ujung atapnya berjaring-jaring)
Malaka Barat

Malaka Barat merupakan kecamatan terakhir yang kami kunjungi. Sebenarnya Malaka Barat ini ga berbatasan langsung dengan Timor Leste dan kalaupun dibilang berbatasan dengan laut Australia, interaksinya pun juga tidak ada. Hanya dampak perubahan cuaca yang dirasakan karena dekat dengan Australia dan Laut Timor. Curah hujan di kecamatan ini tergolong tinggi dibandingkan kecamatan lainnya yang akhirnya berpengaruh pada hasil panen jagung. Bila di kecamatan lainnya, panen jagung hanya bisa dilakukan 1 kali, di Malaka Barat panen jagung dapat dilakukan 3 kali. Masing-masing musim panen memiliki nama yang berbeda. 

  • Musim pertama disebut dengan istilah “Tinan”. Pada musim ini kegiatan menanam dimulai pada bulan Desember dan panen pada bulan Maret.
  • Musim kedua, disebut dengan istilah “Knaun”. Pada musim ini kegiatan menanam dimulai pada bulan April dan panen pada bulan Mei.
  • Musim ketiga, diebut dengan istilah “ Ahu Klean”, Pada musim ini kegiatan menanam dimulai pada bulan Juli dan panen pada bulan September. Musim ketiga ini merupakan musim  yang paling baik produksi dan kualitas jagungnya. 


Di Malaka Barat juga terkenal dengan sarang buaya lho. Masyarakat masih percaya bahwa leluhur mereka berasal dari buaya sehingga buaya-buaya yang ada tetap dibiarkan bahkan dibuat rumahnya. Woooww... O_o..

Oya satu hal lagi, Kecamatan Malaka Barat ini juga sering dilanda banjir setiap tahunnya karena merupakan daerah muara sungai Benanain. Kecamatan ini sebenarnya terbentuk dari hasil sedimentasi sungai. Menurut hasil penelitian orang Jepang setiap tahunnya kecamatan ini mengalami penurunan permukaan..Hm...
Akibat Banjir di Malaka Barat
Sekian dulu ya ceritaku kali ini..Memang kecamatan di perbatasan bahkan kecamatan di NTT pada umumnya masih tertinggal, tapi bukan berarti mereka tidak punya kesempatan untuk maju. Selalu ada jalan di saat ada kemauan. :))







Tidak ada komentar:

Posting Komentar