Kebetulan karena tugas akhir saya tentang pesisir, jadi salah satu aspek yang harus diteliti adalah kondisi habitat perairan. Salah satu yang saya fokuskan adalah terumbu karang.
Nah...sedikit penjelasan mengapa saya memilih terumbu karang untuk diteliti...
Pertumbuhan
terumbu karang sangat lambat, hanya beberapa cm saja per tahun. Sehingga sekali
terumbu karang hancur akan sangat sulit dan memerlukan waktu yang sangat lama
untuk memulihkannya kembali seperti sedia kala. Pembentukan terumbu karang ini
memerlukan beberapa persyaratan hidup tertentu dan yang terpenting adalah
cahaya, suhu, salinitas, kejernihan air, arus dan substrat. Jika semakin banyak
terumbu karang yang hancur maka proses abrasi akan semakin berdampak luas
(Satria, 2009:113)
Jadi, terumbu karang ini memiliki nilai sensitivitas lebih terhadap potensi pencemaran....
Kalau mangrove kan masih bisa ditanam lagi...tapi bukan berarti kita masih bisa tebang seenaknya.
Coba simak kata-kata dibawah ini..
Secara
umum, hutan mangrove dan ekosistem mangrove cukup tahan terhadap terhadap
berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Namun demikian, mangrove tersebut
sangat peka terhadap pengendapan atau sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan
air, pencucian serta tumpahan minyak. Keadaan ini mengakibatkan penurunan kadar
oksigen dengan cepat untuk kebutuhan respirasi, dan menyebabkan kematian
mangrove. Perubahan faktor-faktor tersebut yang mengontrol pola salinitas
substrat dapat menyebabkan perubahan siklus hidrologi, aliran air tawar dan
pencucian terus menerus seperti pengerukan, bendungan dan penyekatan.
Permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove
bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi area hutan mangrove menjadi
areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial, industri dan
pertanian (Dahuri et al, 2008:202).
Jadi, diketahui
bahwa tekanan yang menyebabkan rusak maupun matinya manggrove dari tekanan
manusia adalah pola konsumsi lahan yang berlebihan sehingga merambah pada
lahan-lahan yang potensial untuk tumbuh berkembangnya mangrove. Selain itu juga
didukung oleh aktivitas pembuangan sampah di sekitar mangrove yang
mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove (Berwick 1983 dalam Dahuri et al, 2008:203).
Kembali ke topik awal...salah satu langkah untuk mengetahui sebaran terumbu karang adalah melakukan analisis dengan citra...modulnya bisa lihat disini
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk mengetahui sebaran terumbu karang tersebut diantaranya
A.
Mencari nilai ki/kj
B.
Mencari nilai batas darat dan laut
C.
Menghitung algoritma Lyzenga
Hasil Analisis Menggunakan Algoritma Lyzenga |
Kunci Interpretasi :
- · Warna kuning adalah pasir
- · Warna cyan – hijau tegas adalah terumbu karang hidup
- · Warna merah adalah karang mati
- · Warna cyan – biru menyebar adalah kekeruhan
- · Warna coklat bercak – bercak adalah lamun
Alasan untuk menggunakan landsat adalah hasil akurasinya juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan citra satelit lainnya dengan resolusi tinggi. Coba cek kalimat berikut:
Hasil dari klasi kasi menunjukkan bahwa Landsat 7 ETM+ memberikan tingkat akurasi rata-rata 63,39% dengan tingkat akurasi tertinggi 73,8% dari kombinasi antara PC1, PC3 dan NDVI.Transformasi NDVI terbukti berguna dalam meningkatkan akurasi dari hasil klasi fikasi sampai dengan 4,16%. Untuk Landsat, akurasi tersebut adalah akurasi dari citra Landsat tanpa masukan saluran biru (sumber: Wicaksono, 2008, Perbandingan Kemampuan Citra ASTER dan Landsat 7 ETM+ Dalam Pemetaan Kondisi Kesehatan Terumbu Karang di Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil, Kepulauan Karimun Jawa) bisa didownload disini
Semoga bermanfaat....
^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar